JAKARTA – Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menginginkan umat Islam memperbanyak membaca Al-Qur’an meski tidak memahami maknanya.

Sebagai kitab suci, Al-Qur’an harus lebih dekat dengan umat IsIam. Cara mendekatinya bisa dengan mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an atau membacanya. Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah, terutama di bulan suci Ramadhan.

“Saya paling ingin, paling sangat ingin, di Ramadhan ini banyak membaca Al-Qur’an. Baik membaca secara qiraatan saja atau lebih,” jelasnya, sebagaimana dilansir dari laman resmi NU, Minggu (31/3/2024).

Menurut Gus Baha, membaca Al-Qur’an tidak harus menunggu paham arti dan tafsirnya. Sebab membaca Al-Qur’an dari huruf ke huruf sudah bernilai ibadah, meskipun seorang yang membacanya itu tidak paham arti dan maknanya. Terlebih ketika membaca dan kemudian menjadikan isi Al-Qur’an sebagai bimbingan hidup.

Gus Baha mencoba melogikakan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak memahami maknanya. Ia menjelaskan, ketika seseorang membaca Al-Qur’an dan tidak paham maknanya, maka seseorang itu hanya menyibukkan diri dengan kalamullah. Hal ini menurut Gus Baha, sesuatu yang baik. Efek dari kesibukan dengan kalamullah itu pasti tidak melakukan maksiat.

“Saya beri contoh, meskipun membaca saja dan tidak paham artinya, itu tetap baik. Ada orang yang semalaman itu duduk bersama keluarga, ngobrol ringan tentang masa lalu, cerita lucunya atau lucunya anak. Pada malam itu ditulis oleh malaikat bahwa keluarga ini tidak maksiat, tidak dugem, tidak narkoba, dan tidak ke tempat maksiat,” jelasnya.

Gus Baha mengatakan, keberkahan dari seorang Muslim atau Muslimah menyibukkan diri bercengkrama bersama keluarga, asyik, guyon dengan teman dan tetangga adalah tidak melakukan maksiat dan tidak macam-macam. Apalagi jika saat itu membaca Al-Quran.

Hal ini sesuai dengan kajian ilmu ushul fiqih yang dipelajari Gus Baha dari almaghfurlah KH Maimoen Zubair. Ia menegaskan bahwa di antara kebaikan agama IsIam adalah meninggalkan kemungkaran. Meninggalkan itu adalah pekerjaan yang tidak butuh modal.

Gus Baha menjelaskan, apabila seseorang ingin mendapat pahala shalat, maka harus shalat. Kalau ingin mendapat pahala haji, maka harus haji. Namun, ada kebaikan yang tidak perlu modal yaitu meninggalkan kemungkaran. Caranya cukup meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah. Cara meninggalkan kemungkaran bisa dengan bercengkrama dengan keluarga, baca Al-Qur’an, bercanda dengan teman, dan hal positif lainnya.

“Sehingga kalau ada orang yang tanya, kenapa baca Al-Qur’an meskipun tidak paham itu dapat pahala, satu, karena itu kalamullah. Kedua, sebagian kebaikan itu adalah meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan itu bisa dilakukan dengan hal-hal yang mudah. Ini pentingnya ngaji, saya ngaji ushul fiqih dengan KH Maemun, abahnya Gus Yasin,” katanya.

Gus Baha mengaku, sejak kecil ia sudah terbiasa membaca dan mempelajari Al-Qur’an, bahkan hingga saat ini. Kebiasaan Gus Baha mempelajari Al-Qur’an yang berlangsung puluhan tahun ini membuatnya memiliki kecintaan yang mendalam dengan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad itu.

Ia juga membaca banyak literatur klasik maupun modern untuk memahami Al-Qur’an. Kemudian melakukan diskusi dengan banyak pakar Al-Qur’an dari berbagai daerah dan negara tentang berbagai tema.

“(Tetapi) syukur-syukur bacanya (Al-Qur’an) itu paham, artinya paham sesuai kapasitas masing-masing. Saya mulai kecil hingga sekarang masih ngaji Al-Qur’an, masih belajar, juga masih terus mencari ilmu,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah itu. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *