
JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa para ilmuwan memiliki peran sebagai elit strategis yang menentukan arah kebangkitan sebuah bangsa.
Pernyataan di atas disampaikan dalam acara Pengajian Ramadan 1446 H yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta di Universitas Ahmad Dahlan, Minggu (9/3/2025).
Haedar mencontohkan kebangkitan Eropa pasca masa keterpurukan yang dikenal sebagai Abad Kegelapan. Menurutnya, pencerahan di Eropa berhasil diraih berkat dorongan para elit intelektual seperti Leonardo Da Vinci, Max Weber, dan Auguste Comte. Para ilmuwan ini menjadi motor penggerak yang membuat proyek pencerahan Eropa begitu bertenaga.
Ia kemudian menarik garis paralel dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Haedar menyebut bahwa proses kebangkitan nasional Indonesia juga tidak lepas dari peran elit strategis yang menjadi pelopor perubahan.
“Sejak era lama, Indonesia memiliki tokoh-tokoh seperti pendiri Budi Utomo, serta kalangan ulama seperti KH Ahmad Dahlan dan A. Hasan yang menggerakkan perubahan menuju kebangkitan nasional,” tuturnya. Tak ketinggalan, Haedar juga mengapresiasi peran perempuan seperti Cut Nyak Dien dan Nyi Walidah Dahlan yang turut berkontribusi dalam perjuangan tersebut.
Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menegaskan bahwa kehadiran sebuah bangsa tidak bisa dilepaskan dari peran tokoh-tokoh visioner tersebut. Ia mengutip Surat Al-Baqarah ayat 249: “Betapa banyak kelompok kecil yang mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”
Menurut Haedar, ayat ini menunjukkan bahwa meskipun kecil, kelompok elit strategis mampu menciptakan dampak besar, tentunya melalui proses yang sesuai dengan sunnatullah atau hukum alam.
Lebih lanjut, Haedar menekankan bahwa untuk menguasai dan memajukan sebuah bangsa, diperlukan kelahiran elit-elit strategis di berbagai bidang. “Ini sangat menentukan perjalanan sebuah bangsa,” katanya dilansir dari laman resmi Muhammadiyah.
Ia mencontohkan Muhammadiyah sebagai gerakan yang lahir dari sekelompok kecil, namun berhasil berkembang menjadi organisasi sosial keagamaan terbesar dan paling resilien dalam sejarah Indonesia.
Di sinilah, menurut Haedar, pentingnya kaderisasi menjadi kunci utama. Ia menilai bahwa proses pembentukan kader yang berkualitas adalah fondasi untuk melahirkan elit strategis yang mampu membawa perubahan signifikan.
“Dari sekelompok kecil yang terdidik dan terlatih, sebuah gerakan besar bisa lahir dan bertahan,” katanya. (Red)