NEW YORK – Aktivis kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (4/6/2025) mengatakan kurang dari separuh truk bantuan yang mereka ajukan untuk mendapatkan izin dari Israel telah diizinkan masuk ke Gaza.

Sedangkan, proses bantuan baru yang dikelola Amerika Serikat (AS), yang pengoperasiannya merenggut korban jiwa ditangguhkan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan dari 130 lebih truk pengangkut bantuan yang diajukan untuk mendapatkan izin akhir di satu-satunya perlintasan, yakni perlintasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem, hanya 50 truk pengangkut tepung yang mengantongi persetujuan untuk masuk ke Gaza pada Rabu.

PBB dan sejumlah lembaga bantuan internasional mengkritisi operasi GHF sejak hari pertama skema baru tersebut diumumkan, mengatakan pihaknya memiliki sistem yang sudah terbukti bisa berfungsi dengan baik. Sementara itu, Israel mengeklaim Hamas telah mengambil alih bantuan demi kepentingan kelompok tersebut.

Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher dalam sebuah pernyataan pada Rabu mengatakan bahwa operasi GHF merupakan hasil dari serangkaian pilihan yang disengaja yang secara sistematis telah mengakibatkan 2 juta orang kehilangan kebutuhan pokok yang mereka perlukan untuk bertahan hidup.

“Dunia menyaksikan, hari demi hari, pemandangan mengerikan saat warga Palestina ditembaki, terluka atau terbunuh di Gaza ketika mereka sedang berjuang mendapatkan makanan. Ini bukanlah insiden yang hanya terjadi sekali dan pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban,” ujar Fletcher.

Under-secretary general PBB untuk urusan kemanusiaan itu mengatakan tim-tim medis darurat di Gaza mengonfirmasi telah menangani ratusan kasus trauma sejak skema bantuan baru tersebut dimulai. Fletcher mengulang kembali seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang investigasi yang independen dan segera.

“Seharusnya tidak seorang pun harus mempertaruhkan nyawa demi memberi makan anak-anak mereka,” tutur Fletcher.

Ia melanjutkan “Kami harus diizinkan untuk melakukan pekerjaan kami. Kami memiliki tim, rencana, persediaan, dan pengalaman. Buka perlintasan, semua perlintasan. Biarkan bantuan penyelamat nyawa masuk dalam skala besar dari segala arah. Cabut pembatasan tentang apa dan seberapa banyak bantuan yang dapat kami bawa. Pastikan konvoi kami tidak terhambat oleh penundaan dan penolakan.”

OCHA mengatakan sejak perlintasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem dibuka kembali hampir sebulan yang lalu, badan dunia tersebut dan mitra-mitranya baru mengantongi izin bagi kurang dari 400 muatan truk dari 1.000 lebih muatan truk yang diajukan untuk mendapatkan izin akhir dari Israel.

“Mari kita perjelas. Pihak berwenang Israel memfasilitasi satu jalur distribusi dan menghambat jalur distribusi lainnya,” kata Stephane Dujarric, kepala juru bicara Guterres terkait terbatasnya bantuan PBB yang diizinkan masuk ke Gaza.

OCHA mengatakan tim-tim kemanusiaan bekerja keras untuk mengumpulkan pasokan dari Kerem Shalom/Karem Abu Salem dan membawanya lebih dekat ke lokasi-lokasi yang membutuhkan di dalam Gaza. Namun, upaya itu menghadapi rintangan signifikan. Satu upaya pada Selasa (3/6) tidak diizinkan sama sekali dan upaya lainnya hanya berhasil mengambil belasan muatan truk yang berisi tepung.

“Upaya mengakses Kerem Shalom yang ditolak tersebut merupakan satu dari enam penolakan akses yang dihadapi tim kemanusiaan (pada Selasa) di seluruh Jalur Gaza, dari total 13 upaya. Penolakan semacam itu menghalangi tim-tim untuk melakukan intervensi yang sangat krusial seperti truk air,” sebut OCHA.

OCHA mengatakan upaya lain yang ditolak adalah pengambilan bahan bakar yang sangat dibutuhkan. Mitra-mitra telah menjatah pasokan tersebut. Namun, tanpa akses langsung ke bahan bakar yang sudah ada di dalam Gaza, tetapi berada di daerah yang sulit dijangkau, baik daerah militerisasi maupun daerah yang berada di bawah perintah pengungsian, berbagai layanan yang lebih krusial terpaksa harus menangguhkan operasionalnya dalam waktu dekat.

Selain itu, lembaga-lembaga kemanusiaan PBB mengatakan pertempuran yang tak kunjung usai di Gaza menambah jumlah kematian, pengungsian, dan kerusakan infrastruktur penting.

Dikatakan OCHA, angka pengungsian terbaru menunjukkan bahwa dalam tiga pekan terakhir, lebih dari 100.000 warga Gaza terpaksa mengungsi ke kegubernuran utara.

“Mitra-mitra yang bekerja di bidang kesehatan memperingatkan bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan sangat terdampak oleh pertempuran yang sedang berlangsung,” kata OCHA.

OCHA menambahkan “Makin banyak fasilitas medis menangguhkan operasi mereka. Pada Senin (2/6), staf dan pasien yang tersisa di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara dievakuasi. Akibatnya, tidak ada satu pun rumah sakit yang beroperasi di Gaza Utara.”

Wakil Koordinator Kemanusiaan PBB Suzanna Tkalec mengunjungi rumah sakit Al Ahli di Gaza City, yang telah beberapa kali diserang sejak awal perang. Ia mendapatkan informasi bahwa kematian yang seharusnya dapat dicegah justru terjadi akibat ketiadaan pasokan penting, termasuk antibiotik.

Tkalec menyerukan perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas kesehatan dan dukungan bagi PBB dan mitra-mitranya untuk menyalurkan bantuan dalam skala besar guna meringankan penderitaan masyarakat. PBB dan para mitranya terus mengimbau pihak berwenang Israel untuk mengizinkan badan-badan kemanusiaan mengatasi krisis di Gaza secara signifikan. (Red)

Sumber: Antara

Redaksi
Bagikan

By Redaksi

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *