JAKARTA – Nabi Muhammad merupakan teladan terbaik dalam semua aspek kehidupan sepanjang zaman dan peradaban. Semua perbuatan, perilaku, dan ucapannya menjadi referensi bagi semua manusia untuk dicontoh dan diteladani. Semua tindak-tanduk yang ia lakukan selama di dunia tidak ada yang perlu disangsikan kebenarannya, karena kebenaran sendiri ada pada dirinya yang mulia dan ia pun tidak pernah mencontohkan hal-hal yang tidak baik dan tidak benar.

Tidak heran, jika saat pertama kali ia mendakwahkan Islam, agama samawi ini terus berkembang semakin pesat, mulai dari kota hingga ke pelosok desa, dari rakyat biasa hingga penguasa dan raja-raja. Semua itu tidak lain selain karena kesopanan dan kesantunan yang selalu tercermin dari dirinya dan kejujuran selalu menghiasi lisannya.

Dilansir dari NU Online, Rabu (20/9/2023), sungguh sangat beruntung orang-orang yang Allah takdir menjadi umatnya. Ia akan selalu berada dalam kebenaran dan keberuntungan selama semua perilaku kesehariannya berpedoman pada apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Ia tidak akan pernah keliru maupun tersesat selama Nabi Muhammad dijadikan referensi dalam berbuat.

Karena Nabi Muhammad saw, kita semua (umat Islam) dijadikan umat paling mulia oleh Allah Swt melebihi umat-umat para nabi dan rasul terdahulu. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Bushiri dalam Qasidah Burdahnya, yaitu:

لَمَّا دَعَا اللهُ دَاعِيْنَا لِطَاعَتِهِ * بِأَكْرَمِ الرَّسْلِ كُنَّا أَكْرَمَ الْأُمَمِ

Artinya: “Tatkala Allah panggil nabi pengajak kita karena ketaatannya kepada Allah dengan panggilan rasul termulia, maka jadilah kita umat yang paling mulia pula.”

Syekh Ali Utsman al-Jaradi dalam kitab karyanya menjelaskan alasan kenapa Imam al-Bushiri mengatakan Nabi Muhammad merupakan rasul paling mulia dan umat Islam (umat Muhammad) menjadi umat paling mulia pula. Menurutnya, barometer kemuliaan seseorang diukur dengan ketakwaan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman:

 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS Al-Hujurat [49]: 13).

Dengan berlandaskan ayat ini, tentu sangat tepat jika mengatakan bahwa Nabi Muhammad merupakan manusia paling mulia, karena ia merupakan manusia yang paling bertakwa kepada Allah Swt. Ia merupakan pimpinan orang-orang yang bertakwa, dan ia pula yang mengajarkan manusia tentang esensi dari ketakwaan itu sendiri. Dengan sebab inilah, Nabi Muhammad disebut sebagai manusia paling mulia di alam semesta.

Lantas bagaimana dengan umatnya? Menurut Syekh Ali Utsman al-Jaradi, umat Nabi Muhammad juga menjadi umat termulia melebihi umat nabi yang lainnya, hal ini karena berlandaskan firman Allah swt dalam Al-Qur’an, yaitu:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran [3]: 110).

Selain itu, menurut Syekh Ali Utsman al-Jaradi, kemuliaan umat Islam saat ini disebabkan akar yang mereka ikuti adalah manusia termulia sepanjang zaman, sehingga juga menjadikan mereka sebagai umat termulia. Dalam kitabnya ia mengatakan:

نَحْنُ أَكْرَمُ الْأُمَمِ لِأَنَّ التَّابِعَ يَشْرَفُ بِشَرَفِ الْمَتْبُوْعِ. اِذَا كَانَ الرَّجُلُ يَفْخَرُ عَلىَ أَقْرَانِهِ بِتَبْعِيَّتِهِ لِدَوْلَةٍ قَوِيَّةٍ، فَكَيْفَ لاَيَفْخَرُ مَنْ انْتَسَبَ اِلىَ الْمِلَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ

Artinya: “Kita semua adalah paling mulianya umat, karena yang ikut (umat Islam) menjadi mulia dengan mulianya yang diikuti (Nabi Muhammad). Jika ada seseorang yang membanggakan diri pada temannya karena menjadi pengabdi untuk suatu kerajaan yang kuat, lantas bagaimana tidak membanggakan diri orang yang memiliki kaitan dengan agama Nabi Muhammad?” (Syekh al-Jaradi, an-Nafahatul Lathifah ‘alal Burdatis Syarifah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 118).

Penjelasan tentang kemuliaan umat Nabi Muhammad di atas berlandaskan salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah Saw bersabda:

وَجُعِلَتْ أُمَّتِي خَيْرَ الأُمَمِ

Artinya: “Umatku dijadikan sebagai umat terbaik.”

Dengan demikian, tidak ada yang paling layak untuk dibanggakan oleh umat Islam selain terlahir sebagai umat Nabi Muhammad. Ditakdir menjadi umat Muhammad merupakan anugerah terbaik yang Allah berikan kepada umat akhir zaman ini. Karenanya, jika selama ini dalam kehidupan kita selalu merasa ada yang kurang dan tidak sempurna, belum cukupkah terlahir sebagai umat Nabi Muhammad sebagai kesempurnaan?

Keutamaan Menjadi Umat Nabi Muhammad

Selain menjadi umat yang paling mulia, umat Nabi Muhammad juga memiliki keutamaan dan anugerah khusus dari Allah yang tidak diberikan kepada umat nabi sebelumnya. Anugerah itu sebagaimana disebutkan dalam riwayat al-Baihaqi, Rasulullah Saw bersabda:

 أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌ قَبْلِي: أَمَّا وَاحِدَةٌ، فَإِنَّهُ اِذَا كاَنَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا. وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يَمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ. وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيِّنِي لِعِبَادِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِحُوْا مِنْ تَعْبِ الدُّنْيَا إِلَى دَارِيْ وَكَرَامَتِي. وَأَمَّا الخَامِسَةُ: فَإِذَا كاَنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا». فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: «لَا، أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ إِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَفّوُا أُجُوْرَهُمْ».

Artinya: “Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan, lima pemberian yang belum pernah diberikan kepada nabi sebelumku yaitu: pertama, pada awal bulan Ramadhan, Allah swt melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. Kedua, bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari bau minyak misik (kasturi). Ketiga, para Malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. Keempat, Allah Swt memerintahkan (penjaga) surga-Nya, Allah berkata kepadanya: “Bersiap-siap dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku”. Kelima, pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka semuanya”. Seorang sahabat bertanya: “Apakah itu lailatul qadr wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya”. (HR. Al-Baihaqi)

Demikian penjelasan tentang kemuliaan menjadi umat Nabi Muhammad. Semoga bermanfaat dan bisa menambahkan kecintaan kita kepada beliau, khususnya di bulan Rabiul Awal ini. Wallahu a’lam. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *