NEW YORK – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mengingatkan Dewan Keamanan PBB jika badan tersebut terus mengelak menerbitkan resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza, ribuan warga Palestina akan terus terbunuh. Sejak memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 25 ribu warga di sana.

“Israel telah melancarkan pengeboman yang paling biadab dan tanpa pandang bulu sejak Perang Dunia II. Lebih jauh lagi, mereka telah melakukan pengepungan kejam terhadap Gaza, yang menyebabkan kelaparan, dehidrasi, penyakit dan keputusasaan. Tindakan mereka telah menyebabkan pengungsian paksa dalam skala dan kecepatan yang belum pernah terjadi dalam sejarah modern,” kata al-Maliki ketika menghadiri debat terbuka Dewan Keamanan PBB membahas tentang situasi di Gaza, Selasa (23/1/2024), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

“Ini bukan akibat bencana alam atau akibat perang yang patut disesalkan. Sebaliknya, ini adalah upaya terencana untuk menimbulkan penderitaan maksimal pada penduduk Palestina,” tambah al-Maliki.

Dia mengingatkan tidak ada bangunan di Gaza yang aman dari pengeboman Israel, termasuk rumah sakit, sekolah, masjid, gereja, dan infrastruktur milik PBB. Al-Maliki berpendapat, para pemimpin Israel tidak melihat rakyat Palestina sebagai realitas empiris dan politik yang harus mereka jalani.

“Namun (pemimpin Israel melihat rakyat Palestina) sebagai ancaman demografis yang harus dihilangkan melalui kematian, pengungsian, atau penaklukan,” ucapnya.

Al-Maliki mengatakan hanya ada dua jalan ke depan. Jalan pertama dimulai dengan kebebasan Palestina dan mengarah pada perdamaian serta keamanan bersama di kawasan. Sementara jalan kedua adalah terus mengabaikan kebebasan Palestina dan menyebabkan konflik tanpa akhir di kawasan.

“Israel seharusnya tidak lagi mempunyai ilusi bahwa ada jalan ketiga yang bisa digunakan untuk melanjutkan pendudukan dan kolonialisme serta apartheid dan tetap mencapai perdamaian dan keamanan regional,” ujarnya.

Saat ini perang Israel-Hamas masih berlangsung di Gaza. Lebih dari 25 ribu warga Gaza sudah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka melampaui 62 ribu orang.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengecam masyarakat internasional pada Selasa karena gagal menghentikan perang di Jalur Gaza dan menyampaikan kekhawatiran pada meluasnya konflik di kawasan.

“Seratus sembilan hari konflik itu telah berlangsung, sangat disayangkan komunitas internasional masih tidak mampu menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan Tepi Barat,” ujar Fidan.

“Gaza dulu pernah menjadi sebuah penjara terbuka. Sekarang, (wilayah) ini adalah medan tempur, di mana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalankan operasi militer untuk membunuh warga sipil guna memperpanjang kehidupan politiknya,” kata Fidan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Timur Tengah, termasuk soal Palestina.

Dalam pertemuan yang dipimpin Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres itu, para menlu dan para duta besar dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB dan negara-negara lain akan membahas krisis kemanusiaan di Gaza akibat operasi militer Israel yang terus menelan korban jiwa dan memicu seruan gencatan senjata segera.

“Argumen bahwa perang saat ini adalah soal melindungi keamanan Israel bukanlah hal yang meyakinkan,” kata Fidan.

“Namun, para pendukung argumen ini tidak pernah berbicara tentang keamanan Palestina atau hak Palestina untuk membela diri ,” katanya, seraya menekankan bahwa Israel “melakukan kejahatan perang serius.”

Mereka yang melakukan pelanggaran harus bertanggung jawab untuk memulihkan kepercayaan pada hukum internasional dan tatanan berbasis aturan, kata Fidan.

Turki sangat prihatin dengan laporan bahwa kejahatan perang Israel di Gaza mungkin sama dengan genosida, katanya.

Menlu Turki itu juga menyampaikan bahwa Ankara menyambut baik kasus gugatan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ) mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Israel terhadap Konvensi Genosida 1948.

“Ini adalah upaya tepat waktu untuk melindungi rakyat Palestina dari bahaya lebih lanjut ,” tambahnya. “Kita memiliki tanggung jawab historis untuk menghentikan perang ini.”

Fidan menekankan perlunya menghindari eskalasi geografis konflik tersebut.

“Turki secara konsisten memperingatkan soal dampak (konflik) yang meluas. Sekarang, risiko itu telah menjadi kenyataan. Insiden baru-baru ini di Laut Merah, Yaman, Lebanon, Irak, Suriah, Iran, dan Pakistan sangat mengkhawatirkan,” ucap Fidan.

“Eskalasi ini memiliki potensi untuk berubah menjadi pusaran konflik geostrategis, di mana tidak ada yang bisa menghindari kondisi ini dengan mudah,” katanya.

Menlu Turki itu mendesak Israel dan para pendukungnya untuk mencari solusi diplomatik selagi masih dapat dicapai.

“Perang yang sedang berlangsung di Gaza dan sekitarnya tidak dapat mengarah pada perdamaian atau penyerahan. Kita punya tanggung jawab sejarah untuk menghentikan perang ini ,” ujar Fidan.

Dia juga menekankan bahwa Dewan Keamanan PBB telah gagal “berkali-kali” dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

“Gencatan senjata segera dan permanen, pembebasan semua tawanan oleh kedua belah pihak, dan aliran bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Gaza adalah keniscayaan dalam jalan menuju perdamaian,” kata Fidan.

“Untuk itu, kami meminta Israel untuk mematuhi semua hal yang disyaratkan bagi perdamaian dan keamanan,” tambahnya. (Red)

Bagikan

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *