JAKARTA – Sungguh sangat biadab dan tidak berprikemanusiaan serta jauh dari nilai-nilai Pancasila. Acara diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air di sebuah hotel di Kemang, Jakarta Selatan dibubarkan secara paksa dan penuh keberingasan oleh sekelompok orang pada Sabtu (28/9/2024).

Diskusi itu dihadiri oleh sejumlah tokoh. Di antaranya, M. Din Syamsuddin, Refly Harun, Marwan Batubara, Said Didu, Rizal Fadhilah, dan Sunarko. Kemudian Tata Kesantra dan Ida N Kusdianti, Ketua dan Sekjen Forum Tanah Air.

Diskusi kebangsaan itu juga disiarkan secara live melalui Youtube dan Zoom yang diikuti secara daring oleh Diaspora di 21 negara yang ada di lima benua.

Kejadian ini sangat mencoreng Indonesia di mata Diaspora dunia yang notabene merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

“Kejadian ini sangat memalukan dan menghancurkan nama Indonesia di mata Diaspora dunia,” ujar Tata Kesantra.

Sementata itu Din Syamsuddin mengatakan sejak pagi sekelompok massa telah melakukan aksi orasi dari atas mobil komando di depan hotel sebelum acara dimulai.

“Tidak terlalu jelas pesan yang mereka sampaikan kecuali mengkritik para narasumber yang diundang dan membela rezim Presiden Jokowi,” kata kata Din dalam keterangannya.

Kemudian, saat acara akan dimulai massa tersebut justru masuk ke dalam ruangan dan mulai melakukan aksi perusakan.

“Acara baru akan dimulai massa anarkis memasuki ruangan hotel dan mengobrak abrik ruangan. Polisi kelihatan diam membiarkan massa pengacau,” ungkap Din.

Din menyebut acara diskusi batal dan menjadi konferensi pers. Dalam konferensi pers itu, para pembicara mengecam tindakan brutal kelompok massa dan menyayangkan aparat keamanan tidak menjaga keamanan dan melindungi masyarakat yg berkumpul di ruangan hotel.

“Peristiwa brutal tersebut merupakan refleksi dari kejahatan demokrasi yang dilakukan rezim penguasa terakhir ini,” ujarnya.

Sedangkan, Marwan Batubara yang turut hadir dalam acara itu juga membenarkan ihwal aksi penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang.

“Mereka masuk ke dalam ruangan dan mengobrak-abrik perangkat, misalnya ada tripod, screen untuk in focus atau display lah ya, lalu mic, ada tongkat mic dicabut dipukulkan ke meja pokoknya menyerang dengan cara yang brutal,” tuturnya.

Marwan menyebut aksi penyerangan oleh sekelompok orang itu merupakan tindakan represif. Apalagi, kata dia, sekuriti hotel juga turut menjadi korban dalam aksi penyerangan tersebut.

“Dan ini kita nyatakan, setelah itu kan konferensi pers, ini tidak beradab, ini primitif, ini biadab, ini represif, itu secara objektif memang seperti itu adanya,” kata Marwan.

Semua narasumber yang hadir dalam acara konperensi pers setelah penyerangan tersebut sepakat mengutuk kejadian tersebut. Sebab hal ini akan menjadi preseden buruk bagi proses demokratisasi di Indonesia, Bahkan lebih dari itu sangat mengkhawatirkan dalam menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan berpendapat yang dijamin di dalam UUD 1945.

“Kami mendesak aparat kepolisian dalam waktu secepat-cepatnya agar segera menangkap para pelaku serta otak dan dalang intelektual di balik kekerasan tersebut. Kalau tidak maka jangan harap orang-orang di negara lain akan percaya kepada Indonesia. Bahkan negeri akan mereka cap sebagai negara barbar,” ujar mereka. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *