JAKARTA – Pada malam-malam 10 terakhir Ramadan, ummat Islam semakin intensif mendekatkan diri kepada Allah SWT, antara lain dengan melakukan iktikaf. Karena pada 10 malam terakhir, di mana ada satu malam di antaranya merupakan malam kemuliaan.

Dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, Rabu (3/4/2024), Lailatul Qadar, atau malam kemuliaan, merupakan salah satu malam yang paling istimewa dalam agama Islam. Secara harfiah, Lailatul Qadar berarti “malam kekuatan” atau “malam ketetapan”. Malam ini terjadi pada bulan Ramadan, di antara tanggal 21 hingga 29, namun tanggal pastinya tidak diketahui banyak orang. Masih misterius.

Lailatul Qadar diyakini sebagai malam di mana Allah menetapkan turunnya Al-Quran, menurunkan berbagai keberkahan, ampunan, dan rahmat. Pada malam ini, para malaikat juga turun ke bumi membawa pesan-pesan ilahi. Keistimewaan malam ini membuat umat Islam berlomba-lomba dalam ibadah dan memohon ampunan serta keberkahan kepada Allah.

Dengan keberkahan dan ampunan yang besar yang terkait dengan malam ini, para muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, berdoa, dan melakukan amal saleh. Meskipun tanggal pasti Lailatul Qadar tidak diketahui, namun berdoa dan beribadah di malam-malam terakhir bulan Ramadan merupakan suatu kebiasaan yang dianjurkan dalam Islam.

Dalam Al-Quran, penamaan Lailatul Qadar ini secara khusus disebutkan dalam Surah Al-Qadr. Malam ini juga disebut dalam Surah ad-Dukhan ayat 3 sebagai Lailatul Mubarakah. Ayat-ayat tersebut memberikan penghargaan khusus kepada malam tersebut sebagai malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan.

Selain itu, dalam beberapa hadis, seperti yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah, penamaan Lailatul Qadar juga disebutkan. Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan orang yang beribadah di malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala juga akan diampuni dosa-dosanya.”

Lailatul Qadar dianggap sebagai malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Istilah “seribu bulan” di sini mengacu pada keutamaan dan kemuliaan malam tersebut yang melebihi ribuan bulan. Penekanan ini ditemukan dalam Surah Al-Qadr, di mana disebutkan bahwa malam itu lebih baik dari seribu bulan. Penafsiran atas makna “seribu bulan” ini beragam di antara para ulama.

Lebih Baik dari Seribu Bulan

Beberapa mufassir menyatakan bahwa kualitas amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik daripada amal yang dilakukan selama seribu bulan. Mereka menafsirkan bahwa malam tersebut memiliki keistimewaan yang begitu besar sehingga nilai amal yang dilakukan di malam itu lebih tinggi daripada amal-amal lainnya yang dilakukan dalam seribu bulan. Di sisi lain, ada juga penafsiran yang mengartikan bahwa kemuliaan malam tersebut setara dengan seribu bulan.

Keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah turunnya para Malaikat ke bumi. Para Malaikat turun dengan membawa berkah dan rahmat, mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan oleh manusia hingga waktu subuh. Dalam hal ini, malam tersebut dianggap sebagai waktu yang sangat utama, di mana berbagai amalan baik seperti membaca Al-Quran, berzikir, dan amalan-amalan lainnya diberkahi oleh Allah.

Selain itu, Lailatul Qadar juga dianggap sebagai malam yang mendatangkan kedamaian dan keselamatan. Para ulama seperti Mujahid mengatakan bahwa pada malam itu, kehadiran para setan menjadi lemah, sehingga orang yang beriman tidak terpengaruh untuk melakukan keburukan dan kejahatan. Malam tersebut menjadi suatu periode di mana kebaikan lebih mudah dicapai dan dijaga, karena gangguan setan yang berkurang.

Waktu Lailatul Qadar

Dalam kitab Lailatul Qadr fi Dhauil Kitab was-Sunnah disebutkan bahwa ada hikmah yang terkandung di balik ketidakpastian tanggal pasti Lailatul Qadar. Hal ini bertujuan untuk memelihara semangat dan motivasi orang-orang beriman untuk secara konsisten melaksanakan ibadah di malam-malam terakhir bulan Ramadhan hingga akhir. Jika tanggal Lailatul Qadar diketahui secara pasti, mungkin orang-orang hanya akan bersemangat pada tanggal tersebut, dan mengabaikan ibadah di malam-malam lainnya.

Apalagi saat ini, dengan adanya perbedaan kriteria dan metode dalam menentukan awal bulan baru Islam, seperti hilal atau rukyat, konsep ganjil dan genap menjadi kurang relevan sebagai penentu malam-malam yang istimewa. Dengan demikian, setiap malam di bulan Ramadhan menjadi potensial untuk menjadi Lailatul Qadar.

Dengan ketidakpastian ini, orang-orang diajak untuk terus memperbanyak ibadah dan memperdalam hubungan spiritual mereka sepanjang bulan Ramadan, tanpa terpaku pada satu tanggal tertentu. Hal ini memicu semangat untuk terus berusaha mengejar Lailatul Qadar setiap malamnya, sehingga meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *