JAKARTA – Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Partai Golkar akan lebih percaya diri karena dukungan pemilih milenial  yang tercermin dalam survei Lembaga Penelitian Masyarakat Milenial (LPMM) yang menggunggulkan Menko Perekonomian itu  pada Pemilu dan Pilpres 2024.
Demikian analisis pengamat politik dan intelijen Surya Fermana di Jakarta, Selasa (9/5/2023), menanggapi hasil survei yang dirilis LPPM.
Dengan keluarnya rilis LPMM, lanjut Surya Fermana, semestinya membuat Partai Golkar semakin percaya diri mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai capres dan meyakinkan partai lain untuk bergabung dalam koalisi.
Pasalnya, lanjut Surya Fermana, pemilih muda adalah pemilih yang paling aktif ternyata sangat rasional pertimbangan mereka dalam memilih presiden yaitu berdasarkan prestasi dan kinerja yang telah dibuktikan Airlangga Hartarto.
“Airlangga Hartarto memimpin di kalangan milenial. Tugas AH dan Timses tinggal mengaktifkan kalangan milenial untuk terlibat aktif dalam pemenangan Airlangga,” tuturnya.
Direktur LPMM Alamsyah Wijaya, S.Kom menjelaskan hasil survei terkait sosok presiden sesuai kriteria yang diinginkan. Kemudian disimulasikan nama tokoh-tokoh untuk dipilih oleh responden dengan pertanyaan jika Pilpres digelar hari  ini  menunjukkan, Airlangga Hartarto  mendapat suara paling unggul dalam simulasi pemilihan calon presiden untuk Pilpres 2024.
Dalam simulasi delapan nama tokoh, keterpilihan Menko Perekonomian dan juga Ketua Umum Partai Golkar  itu menyentuh 29,7 % dari total responden.
Di bawah Airlangga  pada urutan kedua, Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang memperoleh suara sebesar 25,9%. Sementara urutan ketiga adalah Ganjar Pranowo memperoleh Suara   yakni 18,6 %.
Jauh di urutan keempat ada Anies Baswedan dengan persentase sebesar 8,7%. Kelima, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan proporsi 4,1%. Keenam, Muhaimin Iskandar  dengan torehan 2,4 %.kemudian Sandiaga Uno 2,3% m, dan Erick Thohir 1,7%. Di luar enam besar sementara responden yang belum menentukan suara dengan menjawab tidak tahu atau tidak jawab (TT/TJ) sebesar 6,6%.
Keterpilihan Airlangga di kalangan pemilih muda merata di 33 provinsi yang dijadikan wilayah survei. Hanya Jawa Tengah di mana Airlangga berada di urutan kedua setelah Ganjar Pranowo di mana Ganjar Pranowo meraih 37,8 % Suara Jawa Tengah, Airlangga 21,8%, dan Prabowo 20,1% disusul oleh Anies Baswedan 11,3%. Sedangkan tokoh lainnya di bawah 2 persen.
Dalam temuan survei faktor yang menjadi pertimbangan pemilih muda dalam memilih partai? Survei menunjukkan beberapa temuan menarik. Sebanyak 27,3% responden mengaku memilih partai politik berdasarkan sosok ketua umum. Meski demikian, tercatat 33,9% memilih menjawab apabila pilihan terhadap partai ditentukan oleh figur calon presiden yang diusung oleh parpol tersebut  kemudian 23,4% responden menyatakan dukungan terhadap partai yang memiliki rekam jejak baik dalam memperjuangkan rakyat di parlemen dan kadernya tidak korup dan  pilihan sebanyak 10,2 % pemilih muda memilih parpol didasarkan pada kesamaan pilihan di keluarga mereka dan 5,2% tidak menjawab.
Pemilih muda yang terlibat dalam survei mayoritas atau sebanyak 77,7% lebih meminati  partai yang sudah lebih lama berdiri daripada partai yang relatif baru didirikan. Partai-partai baru hanya didukung oleh 12,1% responden, kemudian sebanyak 10,2% tidak menjawab   dan hasil temuan survei ini menunjukkan bahwa kharisma partai yang sudah lebih berpengalaman masih sangat kuat di benak pemilih.
Apabila partai baru ingin berjaya di Pemilu 2024, mereka harus berusaha lebih keras untuk menggarap kelompok pemilih muda karena survei ini mengindikasikan dukungan terbesar tetap diarahkan kepada partai yang mengantongi “jam terbang” yang lebih banyak.
Dan, temuan ini memiliki hubungan yang kuat terhadap preferensi pilihan pemilih muda. Ketika ditanyakan seandainya pemilu digelar parpol, mana yang akan menjadi pilihannya maka hasil pilihan pemilih muda menempatkan Partai Golkar sebagai pemenang dengan dipilih oleh  sebanyak 21,4% pemilih muda kemudian disusul oleh PDI Perjuangan dipilih sebanyak 17,3 % responden pemilih muda, di urutan ketiga diraih oleh partai Gerindra sebanyak 13,6% disusul oleh PKB 9,3%, Partai Demokrat 8,7%, PKS 5,8%, Nasdem 4,9%, PAN 4,1%, PPP 3,8%, dan partai politik pendatang baru di bawah kisaran 1,5%-0,7% saja.
Pada Pemilu 2024 nanti tentu tidak dapat dipisahkan dari para pemilih atau voters yang nantinya akan memberikan hak suara mereka dan akan menjadi penentu siapa saja yang nantinya akan menempati posisi-posisi strategis dan akan melanjutkan estafet kepemimpinan di negara tercinta ini.
“Ada satu hal menarik yang menjadi sorotan dalam Pemilu 2024 nanti, yaitu jumlah partisipan pemilih muda yang amat dominan,” kata Alamsyah Wijaya.
Menurut Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) Pemilu 2024 akan didominasi oleh para pemilih muda berusia 17 – 40 tahun. Jumlah pemilih pemuda sekitar 107 juta orang atau 53-55 % dari total jumlah pemilih di Indonesia.
Tentu saja sangat menarik untuk dilakukan penelitian untuk mengukur preferensi politik pemilih muda usia 17 – 40 tahun.
Dengan tema penelitian “Dinamika Pemilih Muda  dalam  Preferensi Sosial Politik jelang pemilu 2024”, bahwa penelitian survei opini publik ini bertujuan untuk  mengetahui arah dan preferensi politik pemilih muda ke depan, termasuk di antaranya preferensi mereka terhadap calon presiden dan partai politik.
Selain itu, penelitian ini juga berusaha memaparkan kecenderungan isu strategis ke depan dan corak kepemimpinan yang disukai kaum muda.
Survei dilakukan pada 24  April – 8 Mei  2023 dengan melibatkan 2.158  responden yang  berusia antara 17 – 40 tahun.
Secara demografi sebanyak 51,3 % responden tinggal di perkotaan dan 48,7 % di pedesaan yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. Pengumpulan sampel menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error (+/-) 2,11% dan tingkat kepercayaan 95%.
Dalam laporan hasil survei sosok  pemimpin yang diinginkan pemilih muda pada Pemilu 2024 didapati bahwa pemilih muda mayoritas  atau sebanyak 53,7% menginginkan tokoh dengan prestasi/kinerja baik saat memimpin di pemerintahan.
Dan, sebanyak 17,3% responden ingin tokoh yang memiliki pengalaman memimpin di pemerintahan dengan rekam jejak yang memiliki Integritas kepemimpinan. Kemudian sebanyak 10,6% responden menginginkan pemimpin yang berkarakter merakyat dan sederhana.
Kemudian selanjutnya 4,3% responden menginginkan tokoh yang memiliki kecakapan dalam  memimpin. Kemudian sebanyak 4,1% responden ingin pemimpin yang taat beragama, dan sebanyak 3,3% responden menginginkan pemimpin yang cerdas/pintar. Dan, sebanyak 6,7% responden  tidak memberikan jawaban.
Pemilih muda usia 17 – 40 tahun di  Indonesia yang disurvei juga menunjukkan preferensi yang lebih kuat terhadap capres dengan latar belakang sipil, bukan militer. Sebanyak 60,7% responden mengaku tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan “Presiden sebaiknya memiliki latar belakang militer”. Dan, yang setuju dengan capres dengan latar belakang militer berkisar di 22,9% responden. Dan, yang tidak mempermasalah latar belakang sipil dan militer sebanyak 8,8% responden. Sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 7,6%.
Temuan ini tidak terlalu mengejutkan karena pemilih muda memang cenderung melihat capres yang kuat bukan hanya mereka yang pernah berkarier di sektor militer. Capres sipil justru memiliki peluang yang lebih besar untuk menang di alam demokrasi Indonesia saat ini. Hal ini berkaca dari kesuksesan Joko Widodo pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 saat mengalahkan pesaingnya Prabowo Subianto yang memiliki pengalaman di militer. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *