
JAKARTA – Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan masa kampanye Pemilu 2024 untuk para calon legislatif (caleg) dan pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden.
Para kontestan hanya diberi waktu 75 hari, dimulai pada 28 November 2023 10 Februari 2024 untuk menyebarluaskan visi misi mereka pada masyarakat.
Pria kelahiran Surabaya, 9 Maret 1958, ini mengungkapkan bahwa waktu tersebut terlalu singkat bagi para caleg. Menurutnya, ada beberapa daerah yang memiliki banyak kecamatan dan jarak yang jauh.
“Saya gak mau ngomong karena kalau saya ngomong akan memberi peluang rivalitas saya. Cuma yang perlu diketahui memang waktu sangat tidak ideal, cuma ndak lebih dari 70 hari. Itu untuk Malang Raya, itu ada 41 kecamatan, 471 kelurahan. Kira-kira semua calon bisa menjangkau itu semua gak?” ungkapnya.
Politikus yang pernah merasakan kursi Senayan di Komisi II, IX, dan X DPR RI periode 2009-2014 ini mencontohkan lebih detail bagaimana jarak perjalanan antar kecamatan yang harus ditempuh oleh caleg di Kabupaten Malang bila ingin benar-benar bisa menjangkau semua wilayah.
“Orang tau gak Malang Raya itu bagaimana jaraknya? Malang itu, yo koyoke malange. Yang paling utara namanya Ampelgading, yang paling selatan namanya Kasembon. Ampelgading itu Lumajang, Kasembon itu perbatasan Pare Kediri,” imbuhnya.
Tokoh yang kini maju kembali menjadi caleg DPR RI lewat Dapil Malang Raya ini pun meminta nama, siapa caleg yang sanggup melakukan kampanye di semua wilayah hanya dalam waktu singkat.
“Jalannya itu berkelok-kelok. Woh itu kalau ndak anak muda pasti muntah. Nomor dua, kalau mobilnya pet mati di jalan, punggungnya pedot di sana. Kan bisa begitu,” ujarnya sambil tertawa.
Menurut Djamal Aziz, seharusnya KPU memberi waktu lebih lama untuk para caleg menyampaikan visi misi pada masyarakat demi terwujudnya pemilu yang jujur dan adil. Apalagi menurutnya pemilu juga bagian dari mencerdaskan masyarakat.
“Itu paling tidak ada tiga bulan atau empat bulan atau enam bulan itu sudah diberi kesempatan. Ditetapkan enam bulan orang disuruh kerja, jadi kita itu bisa mengedukasi masyarakat. Namanya pemilu jurdil, yang namanya jurdil itu jujur dan adil. Ya, kalau gini kan, apa masih yakin ini bisa terjadi jurdil?” ujarnya.
Disinggung soal kemungkinan banyak caleg yang mengandalkan serangan fajar atau permainan uang saat akan mencoblos, Djamal Aziz mengaku prihatin. Fenomena tersebut bukannya mendidik masyarakat, namun hanya memenangkan para pemilik modal.
“Nomor dua karena masyarakat itu belum banyak teredukasi, dia gak ngerti bahwa pemilu itu harus dijalankan secara jurdil. Berobsesi seperti pemilu-pemilu yang dulu. Sopo seng akeh duwik e, seng isok ngekeki aku serangan fajar ya itu yang dipilih,” imbuhnya.
Sebagai salah satu caleg, Djamal juga merasa prihatin bahwa suara dari masyarakat terlalu rendah apabila hanya dinilai dalam bentuk uang.
“Ini untuk lima tahun! Satu harinya berapa itu? 55 rupiah. Orang ngemis sekarang kalau dikasih 200 dibuang uangnya. Ini hak suaranya cuma dihargai 55 rupiah, lebih rendah dari orang ngemis. Lebih rendah dari orang meminta-minta kasihan kan kalau gak ada pencerdasan, kalau gak ada pengetahuan kepada masyarakat ini,” ungkap Direktur Utama dan Pemilik PT Andromeda Graha Indonesia ini.
Dia pun mengaku sempat ditanya oleh salah satu tokoh masyarakat di Kelurahan Kalipare, Kabupaten Malang. Tokoh masyarakat yang sempat menjadi lurah itu pun mengingatkan agar Djamal tidak perlu bermain uang saat Pemilu 2024.
Tokoh tersebut menjelaskan ke Djamal jika sempat didatangi oleh partai politik tertentu dan menghimpun suara di wilayahnya. Namun imbalan yang dijanjikan tidak kunjung diberikan sehingga membuat masyarakat enggan kembali membantu.
“Lha kalau Anda kan pernah merasakan Bah. Dulu zaman Abah pernah merasakan. Gak pakai uang tapi begitu jadi, Abah nyata datang dan turun ke masyarakat. Makanya, sekarang di lapangan, wes cocok Abah Djamal,” ujar Djamal menirukan perkataan tokoh masyarakat tersebut.
Ungkapan hati seorang tokoh masyarakat tersebut yang kemudian membuat Djamal Aziz menggunakan tagline ”Loh ikilo wonge teko (ini lho orangnya datang)”.
Walau persaingan kian ketat, Djamal yang kini maju menjadi caleg Partai Nasdem ini mengaku tetap optimis. Dia sadar, kini harus bersaing dengan caleg lain yang lebih energik dan masih muda.
Pria berusia 65 tahun ini pun banyak menghabiskan waktu sehari-hari untuk bercengkerama dengan masyarakat dan mengisi pengajian. Di usianya yang tidak muda lagi, dia masih ingin bermanfaat bagi masyarakat. (Red)
- Nuzulul Quran Malam Istimewa, Berikut 4 Amalan untuk Memuliakannya - March 16, 2025
- Israel Serang Gaza, 5 Warga Sipil Tewas Termasuk 2 Jurnalis - March 15, 2025
- Hamas Sambut Baik Penolakan Trump atas Rencana Pemindahan Warga Gaza - March 13, 2025