JAKARTA – Salah satu isu strategis yang dibahas di Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 adalah soal sistem Pemilu dan suksesi kepemimpinan di 2024 nanti.

Pemilu adalah sistem dan proses politik yang mencerminkan pelaksanaan dan kualitas demokrasi. Pemilu adalah instrumen yang dengannya rakyat memilih anggota legislatif, presiden, gubernur, bupati, wali kota.

Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti dalam acara Mata Najwa Merawat Indonesia pada Kamis (10/11) mengatakan bahwa fanatisme buta bisa tumbuh subur di iklim politik yang demokratis seperti Indonesia.

Muti kemudian menyarankan agar segenap pihak dalam menyikapi tahun politik 2024 tidak perlu fanatik terhadap pilihan politik. Fanatisme hanya akan merugikan terhadap kualitas moral dan nalar anak bangsa.

“Jangan terlalu fanatik dengan pilihan politik karena menurut orang Jawa, politik itu sudah pol tapi masih bisa diutak-atik. Jadi kelihatannya sudah mentak, tapi sebenarnya masih bisa melakukan perubahan-perubahan,” tutur Muti yang dilansir dalam laman resmi Muhammadiyah, JUmat (11/11/2022).

Menurut Muti, politik sejatinya bukan hanya soal proses meraih kekuasaan, melainkan seni mengelola pemerintahan. Setiap kebijakan politik pemerintahan di sana akan selalu ada pergulatan antara pihak pro dan pihak kontra.

Karenanya, politik akan menjadi baik di mata masyarakat bila seni mengelola pemerintahan ini dikembalikan pada nomenklatur aslinya, yaitu sebuah kebijaksanaan dan keadaban.

“Politik bukan sekadar partai politik, bukan juga soal meraih kekuasaan tapi politik adalah seni mengelola negara, ada negosiasi di situ. Politik akan menjadi baik kalau kita kembalikan ke makna aslinya yaitu kebijaksanaan dan keadaban,” terang Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.

Muti juga tidak sepakat bila agama disalahgunakan untuk kepentingan politik. Pelibatan agama dalam politik seharusnya menjadi benteng etika moral sehingga tidak terjadi kebohongan publik, korupsi, manipulasi, egoisme, kebencian, penyalahgunaan wewenang, dan sebagainya.

Untuk itu, Muhammadiyah mengajak agar semua pihak mampu menampilkan keadaban politik.

“Untuk itu kita Muhammadiyah mendorong agar memiliki keadaban politik dan para politisi kami mengimbau jadi negarawan, jadilah orang yang mengedepankan kepentingan negara,” tegas Muti yang kemudian disambut gemuruh tepuk tangan dari penonton. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *