SALAH SATU ujung tombak menjadi negara yang beradab yaitu kepribadian masyarakatnya. Indonesia terkenal dengan budaya ketimuran yang sangat menjujung tinggi adab. Sehingga jika ada sesuatu yang berkembang di masyarakat seperti memakai pakaian yang kurang sopan itu menjadi momok masyarakat. Namun setelah perkembangan teknologi yang cukup cepat perubahan itu terjadi khusus di masyarakat Indonesia ketika memakai pakaian yang kurang sopan itu hal yang biasa.

Saat ini tantangan ke depan makin sulit, terutama membentuk kepribadian yang Islami. Degradasi moral sudah terjadi di mana-mana, dari yang dewasa hingga anak-anak. Hal ini sering kita saksikan di televisi dan surat kabar di mana ada anak yang membunuh orang tuanya yang sudah melahirkannya, mendidiknya hingga dewasa. Tapi akhirnya justru menghilangkan nyawa orang tuanya yang sudah. Masih banyak kejadian-kejadian miris yang seperti itu.

Sejak pembelajaran online banyak yang lost learning (pembelajaran yang hilang). Hl ini disebabkan oleh Covid-19, di mana siswa-siswi belajar secara online. Akibatnya pembentukan karakter perlu dibangun lagi.

Siswa lebih banyak bersentuhan langsung dengan gadget sehingga banyak anak-anak yang kecanduan game. Akibatnya informasi yang masuk juga beragam, mulai dari hal-hal yang positif hingga hal-hal yang negatif

Dampaknya tidak lain akan mengakibatkan perubahan karakter yang sangat drastic, sehingga hal  ini perlu suatu perencanaan yang matang dengan membangun kembali karakter yang sudah tertanan dengan baik di sekolah maupun di rumah.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Isra, “Dan, sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami Ciptakan ( QS. Al-Isra 70).

Berangkat dari kejadian-kejadian seperti di atas maka upaya atau ikhtiarpun harus dilakukan sebagai pendidik formal. MI Plus Asy-syukriiyah berusaha untuk ambil bagian dalam pembentukan karakter, di mana hal ini dijadikan satu kebiasaan keseharian yang dilakukan di sekolah sehingga kelak siswa memiliki fondasi kuat untuk dikemudian hari. (Syaiful Hayat)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *