
SURVEI United Nation Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah yakni 14,6%. Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai angka 28 %. Selanjutnya Singapura mencapai angka 33%. Hal ini menunjukkan Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain, khususnya di Asia.
Untuk itu Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei, peringatannya dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat rendah.
Berdasarkan data dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Hal ini berarti minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin baca.
Sedangkan riset lain yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Hal ini menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia masih rendah.
Oleh karena itu, maka sudah selayaknya Indonesia bangkit dari keterbelakangan dalam hal membaca buku. Hal ini erat kaitannya dengan pengetahuan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat akan semakin tinggi kreativitas, inovasi, dan daya kritis masyarakat. Dengan demikian akan mempengaruhi pola hidup masyarakat itu sendiri.

Adapun dampak yang lain yaitu semakin meningkat kesadaran masyarakat dalam bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu menurut Syaiful Hayat, yang juga pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) dan pengurus Kelompok Kerja Guru Madrasah Ibtidaiyah (KKG MI) Kota Tangerang perlu ada kebijakan pada semua lini mulai dari yang terkecil.
Ia mencontohkan, di rumah sudah dibuatkan perpustakaan mini hingga sekolah membangun perpustakaan juga. Di samping itu juga motivasi membaca dibangun oleh keluarga, seperti anak anak diajak ke perpustakaan. Memberikan waktu khusus bersama keluarga untuk membaca buku atau liburan ke perpustakaan sehingga anak akan muncul rasa suka terhadap buku.
Kemudian dalam rumah tangga pun harus ada anggaran yang disiapkan untuk membeli buku. Dengan demikian anak secara langsung dapat melihat dan menyaksikan keluarga menunjukkan cita baca buku. Apalagi dikuatkan dengan dukungan pemerintah setempat menyediakan perpustakaan yang standbye setiap saat. Perlu juga dibentuk koordinator per RT di mana dari sini akan muncul nuansa membaca yang kompak.

Buku adalah jendelanya dunia. Pepatah ini sangat relevan di saat ini. Namun disisi lain perkembangan teknologi membawa dampak yang luar biasa bagi anak sehingga sudah tidak senang lagi membaca buku karena sudah lebih tertarik kepada game. Ketertarikan membaca buku harus dibangun sejak dini, yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak.
Ketua KKG MI Rurun Bariroh, M. Ag. mengatakan tahapan cinta buku yaitu:
- Beli buku sebagai koleksi di rumah.
- Ayah dan bunda sisihkan waktu untuk membaca buku bersama keluarga.
- Berikan apresiasi kepada anak yang telah banyak membaca buku.
- Lakukan secara terus menerus bimbingan atau arahan asiknya membaca buku.
Kemajuan negara bisa dilihat dari perkembangan teknologinya. Namun teknologi maju karena pengetahuan masyarakat sudah baik. (Red)