JAKARTA – Seorang warga Indonesia di Prancis, Aseani Sethiorini, mengatakan situasi di negara Eropa Barat itu memang tengah kacau balau menyusul demonstrasi rusuh pecah di hampir seluruh kota dalam sepekan terakhir.

WNI yang tinggal di Nantes, barat Prancis, itu mengatakan di kota tempat ia tinggal kerusuhan mulai berlangsung pada Kamis (29/6) dini hari.
Aseani menuturkan ia dan suami terbangun akibat suara dentuman yang tak biasa dan berlangsung terus-menerus.

“Kami langsung menyalakan TV dan ternyata kerusuhan sudah di mana-mana. Titik kerusuhan terdekat itu satu kilometer saja dari apartemen saya,” ucap Aseani seperti dilansir dari  CNNIndonesia.com, Kamis (6/7/2023).

Unjuk rasa hingga bentrokan antara pedemo dan polisi terus meluas sejak 28 Juni lalu di Prancis. Demonstrasi dipicu akibat penembakan seorang remaja imigran oleh polisi di Nanterre pada Selasa (27/6) pagi.

Penembakan itu terekam oleh kamera warga yang ada di lokasi kejadian hingga viral di media sosial. Pada Selasa malam, demonstrasi mulai pecah di Nanterre dan terus meluas ke kota-kota lainnya.

Dikutip Associated Press, sampai saat ini demonstrasi rusuh, penjarahan, hingga aksi pembakaran gedung-gedung publik berlangsung pada lebih dari 200 kota besar dan kecil di Prancis.

Ratusan petugas polisi dilaporkan terluka akibat demonstrasi yang berlangsung sejak sepekan terakhir ini. Polisi juga telah menahan setidaknya 3.400 orang terkait kerusuhan ini.

“Info dari teman-teman WNI lainnya yang tinggal di Prancis juga di sekitar rumah mereka ada satu toko dijarah dan dirusak. Ada pula kantor wali kota yang dibakar,” papar Aseani.

Aseani menuturkan demonstrasi sebenarnya bukan hal yang langka di Prancis. Menurutnya, hampri setiap saat, protes dan demonstrasi berlangsung di ibu kota dan kota-kota besar lainnya.

“Tapi memang yang (demonstrasi) sekarang ini parah ya benar-benar rusuh. Selama dua tahun saya tinggal di Prancis baru kali ini melihat kerusuhan seperti ini,” paparnya.

Meski kerusuhan terus meluas, Aseani mengatakan sebagian besar masyarakat masih beraktivitas seperti biasa. Sebab, kerusuhan sebagian besar terjadi di pinggiran kota-kota besar.

Sementara itu, menurut perempuan yang akrab disapa Ceni itu, pusat kota masih aman dan tentram. Aseani bahkan mengatakan kantor-kantor dan restoran masih buka seperti biasa.

Namun, ia menuturkan transportasi publik memang sangat terdampak kerusuhan. Sebab, aparat menerapkan jam malam untuk transportasi publik.

Beberapa jalur transportasi juga dialihkan menghindari titik-titik kerusuhan. Aseani mengatakan ia pun harus beralih menggunakan sepeda karena kereta bawah tanah yang biasa ia tumpangi tutup lebih awal akibat curfew.

“Warga masih aktivitas seperti biasa, hanya mungkin lebih waspada dan menghindari wilayah-wilayah yang mungkin jadi titik kerusuhan. Turis-turis juga masih banyak tapi mungkin tidak seramai musim panas tahun-tahun sebelumnya karena yang ingin ke sini mungkin menjadi waswas ya melihat berita,” ujar Aseani.

Situasi yang sama juga terjadi di Ibu Kota Paris. Seorang WNI yang hendak mengunjungi Paris Fashion Week, Fandi Stuerz, mengaku waswas ketika mengetahui jadwal keberangkatannya itu bertepatan saat puncak kerusuhan terjadi di Prancis.

Fendi mengatakan ia tiba di Paris sekitar Minggu (2/7) lalu ketika puncak kerusuhan berlangsung di Nanterre, beberapa wilayah di pinggiran Paris, dan kota-kota besar lainnya.

Fendi merasa beruntung lantaran sejauh ini, lokasi yang ingin ia tuju selama berada di Paris bukan merupakan titik-titik demonstrasi.

“Kemarin saya sampai (Paris) hari Minggu. Di beberapa tempat di luar Paris masih rusuh. Tapi kalau di tengah Kota Paris sih adem-adem saja, malah ada Carnaval Tropical 2023,” ucap Fendi kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (5/7). (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *