JAKARTA – Apabila dibandingkan dengan negara-negara besar yang maju saat ini, Indonesia masih butuh kerja keras untuk mengejar ketertinggalan itu. Salah satunya kerja keras mengakselerasi pendidikan untuk kemajuan peradaban bangsa.

Demikian pandangan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir tentang kunci Indonesia dalam mengejar ketertinggalan dan membangun peradaban maju. Menurutnya, pendidikan merupakan salah satu pilar utama penyongkong kemajuan peradaban bangsa.

Demikian disampaikan Haedar Nashir pada, Kamis (15/6/2023) dalam agenda Milad ke-44 dan Wisuda ke-74 Universitas Muhammadiyah (UM) Palembang. Melihat berbagai kemajuan yang dicapai oleh negara-negara besar di dunia sekarang, Haedar berseloroh bahwa Indonesia masih butuh kerja keras mengejar ketertinggalan tersebut.

Berkaca dari sejarah kemajuan Jepang yang sempat kalah pada Perang Dunia II, Jepang hanya membutuhkan waktu tidak sampai 50 tahun untuk membangun kembali bangsa dan negaranya. Kunci dari kemajuan Jepang adalah mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dipadukan dengan budaya tradisi mereka.

Dalam sejarah peradaban-peradaban besar dunia, pendidikan atau ilmu menjadi ciri yang menonjol dari peradaban tersebut. Seperti Yunani, Mesopotamia, Islam abad kemajuan, India, dan Cina. Peradaban-peradaban maju pada masa itu dibangun di atas pondasi pendidikan dan keilmuan yang kuat.

Maka jika melihat kemajuan India, Cina termasuk Arab sekarang menurut Haedar karena negara-negara tersebut memiliki tradisi besar. Dalam pandangannya, Indonesia juga memiliki jejak tradisi besar, tetapi setelah terlalu lama dijajah, dan pasca kemerdekaan harus menata konsep bernegara berdampak pada ketertinggalan.

“Hari ini di tengah prestasi yang maju, tetapi human development index kita di ASEAn kita masih nomor 6, daya saing kita masih di nomor 4 di ASEAN, bahkan jauh di kancah dunia. Bahkan rilis terakhir, bahwa tingkat kecerdasan orang Indonesia rank-nya di angka 78,49 dalam posisi 113, tidak jauh dari Timor Leste dan Papua Nugini,” ungkapnya seperti dikutip dari laman website resmi Muhammadiyah.

Melihat berbagai ukuran kemajuan suatu bangsa dan Indonesia masih tercecer peringkatnya dibandingkan dengan negara lain, Haedar mengingatkan supaya elite negeri dari pusat sampai bawah ini tidak pesta pora, dengan membangun legacy fisik mahakarya, pada saat yang sama bangsa ini masih tertinggal.

“Karena itu butuh concern dari semua pihak untuk mengakselerasikan, mendinamisasikan bahkan membangun langkah progresif terobosan di bidang pendidikan, dengan langkah strategis yang tidak terputus dari konstitusi, yakni membangun masa depan Indonesia, dan pendidikan nasional itu basic-nya adalah value iman, taqwa, akhlak mulia, nilai agama, menuju kecerdasan dan membangan peradaban bangsa, sebagaimana perintah Pasal 31 Undang-Undang Dasar 45,” ujar Haedar.

Bersandar pada UUD 45 menjadikan dalam membangun pendidikan tidak bersifat pragmatis dan pabrikasi yang terputus dari jiwa konstitusi. Di situ Muhammadiyah konsisten membangun dunia pendidikan, berbasis khusus Al Islam-Kemuhammadiyahan, dalam inklusif kebangsaan, dan berdasar pada konstitusi yang telah diletakkan pendiri bangsa. 

“Kita harus merancang bangun pendidikan yang mampu berdaya saing dengan bangsa-bangsa lain, dan itulah spirit dari pendidikan yang berkemajuan,” pungkasnya. (Red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *