JAKARTA – Zaman dahulu Firaun merupakan seorang pemimpin yang kekuasaannya tidak terbatas. Bahkan, ia menganggap dirinya sebagai Tuhan dan bisa berbuat apa saja sehingga tidak ada yang berani menentangnya. Pada abad modern ini, adakah pemimpin yang kelakuannya seperti Firaun?

Firaun disebut sebanyak 74 kali di Al-Qur’an. Sebutan Firaun dalam Islam Al-Qur’an ada lebih dari satu. Allah menjulukinya sebagai orang yang melampaui batas.

Adudin Alijaya menyebutkan dalam Argumen Ekopedagogi dalam Al-Qur’an bahwa Firaun disebutkan sebanyak 74 kali di dalam Al-Qur’an. Ia merupakan salah satu raja Mesir yang hidup semasa Nabi Musa AS.

Ia dikenal sebagai penguasa yang paling sombong, congkak, melampaui batas, selalu menindas rakyatnya, dan suka memecah belah masyarakat.

Salah satunya, Allah SWT berfirman dalam surah Yunus (10) ayat 83 yang berbunyi,

فَمَآ اٰمَنَ لِمُوْسٰىٓ اِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِّنْ قَوْمِهٖ عَلٰى خَوْفٍ مِّنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهِمْ اَنْ يَّفْتِنَهُمْ ۗوَاِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِى الْاَرْضِۚ وَاِنَّهٗ لَمِنَ الْمُسْرِفِيْنَ ٨٣

Artinya: Tidak ada yang beriman kepada Musa selain keturunan dari kaumnya disertai ketakutan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya yang akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun benar-benar sewenang-wenang di bumi. Sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang melampaui batas.

Berdasarkan banyak buku sejarah dan sejarah Islam, sebutan Firaun dalam Al-Qur’an ditujukan kepada penguasa Mesir atau raja Mesir ketika zaman Nabi Musa AS hidup, dari bayi sampai ditenggelamkan di Laut Merah. Berikut penjelasannya yang dilansir dari detik.com, Senin (29/1/2024).

Siapakah yang disebut Firaun di dalam Al-Qur’an?

Sebutan Firaun dalam Al-Qur’an merujuk pada seorang raja Mesir yang sombong, congkak, suka menindas, tidak berperi kemanusiaan, dan sering melampaui batas yang hidup ketika Nabi Musa AS bayi sampai dirinya dibinasakan Allah SWT di Laut Merah.

Sebagaimana dikutip dari buku Firaun, Haman, dan Misteri Piramida: Mengungkap Peninggalan Peradaban Mesir Kuno oleh Wisnu Tanggap Prabowo, Firaun merupakan sebuah gelar bagi raja-raja Mesir yang muncul di era New Kingdom.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Fajr ayat ayat 10 yang berbunyi,

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ ١٠

Artinya: dan Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar)

Pendapat Syaikh Abdurrahman As-Sadi’ mengatakan bahwa Firaun merupakan gelar yang diberikan kepada raja-raja Mesir, sebagaimana Raja Babil disebut “Namrud,” Raja Habasyah disebut “An-Najasyi,” Raja Yaman disebut “Al Qil,” atau Raja Persia yang disebut “Kisra” dan penguasa Roma yang dijuluki “Kaisar.”

Dikutip dari buku Situs-Situs dalam Al-Qur’an: Dari Banjir Nabi Nuh hingga Bukit Thursina oleh Syahruddin El-Fikri, sebutan Firaun dalam Firaun dalam Al-Qur’an ini menjurus kepada raja Mesir yang hidup pada tahun 1527-1407 Sebelum Masehi.

Firaun dikhususkan untuk menyebut penguasa Mesir yang membangkang dan tidak beriman kepada Allah SWT. Sedangkan yang beriman kepada-Nya dikenal dengan nama Malik, yang saat itu hidup di zaman Nabi Yusuf AS.

Makna sebutan-sebutan Firaun dalam Al-Qur’an

Mastanah menjelaskan dalam Pendidikan Kohesi Sosial dalam Al-Qur’an dan Implementasinya pada Pendidikan Kontemporer, bahwa sebutan Firaun dalam Al-Qur’an tidak dikenal dalam bahasa Arab.

Firaun adalah musytaq (kata jadian) dari lafal yang mempunyai arti ‘utuw (melampaui batas). Sedangkan al-fara’inah artinya adalah orang-orang yang melampaui batas.

Sebagian ahli sejarah menyamakan Firaun dengan Mash’ab ibn Rayyan. Ada pula yang menyatakan adalah anaknya Walid ibn Mash’ab ibn Rayyan dari salah satu kaum Ad.

Dialah raja yang saat itu menindas Kaum Bani Israil sehingga Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk mengajaknya kembali ke jalan kebenaran.

Adapun sebutan Firaun dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 10 di atas adalah “Pemilik autad.” Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Shetha Al-Dargazelli dan Louay Fatoohi dalam Sejarah Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur’an.

Kata “autad” merupakan kata dalam bahasa Arab yang memiliki beberapa makna, seperti “kekerasan”, “kekuasaan”, “tiang”, dan “bangunan yang aman” atau “bangunan yang tinggi.”

Para ulama sepakat bahwa “autad” yang terdapat pada surah Al Fajr ayat 10 merujuk pada “tiang”. Artinya, Firaun merupakan “sang pemilik bangunan-bangunan”.

Hal ini didukung dengan fakta historis dan arkeologis yang menunjukkan bahwa Rameses II (Firaun) dikenal sebagai penguasa yang terobsesi untuk mendirikan bangunan-bangunan.

Dalam tafsir Al-Qur’an Kemenag juga mendukung pernyataan bahwa Firaun merupakan raja yang memimpin masyarakat dengan peradaban tinggi. Buktinya, mereka pandai membangun piramida-piramida yang masih berdiri hingga sekarang.

Mereka bahkan sudah memiliki angkatan bersenjata yang besar. Namun itu semua sudah dihancurleburkan oleh Allah SWT karena kesombongan dan perilaku mereka yang melampaui batas. (Red)

Bagikan

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *