TRAGEDI KANJURUHAN telah menyayat semua hati kita. Karena tidak ada di antara mereka yang menjadi korban pernah membayangkan akan terjadinya peristiwa seperti itu. Bahkan menjadi akhir dari hidup mereka yang telah meninggalkan kita semua.
Tragedi Kanjuruhan yang menelan korban hingga ratusan jiwa merupakan insiden luar biasa. Oleh karena itu jangan sia-siakan nyawa mereka dengan debat kusir panjang yang tak berkesudahan.
Anak-anak muda, ibu-ibu, dan bahkan anak-anak di bawah umur tak luput menjadi korban meninggal dalam peristiwa yang tak pernah luput dalam ingatan sejarah Indonesia. Masa depan para generasi muda yang tak pernah memikirkan politik dan hanya ingin menonton sepak bola dan karena semata-mata hiburan buat mereka atau sekadar hobi, yang akhirnya hilang dengan sia-sia.
Nyawa-nyawa melayang bukan karena bentrok antarsuporter. Hampir sebagian besar dari mereka meninggal karena berdesak-desakkan dan sesak napas. Tak sedikit pula yang terinjak-injak.


Insiden ini dipicu segelintir fans Arema yang masuk ke lapangan. Aparat TNI dan Polisi bereaksi keras untuk mengadang pergerakan massa hingga melepaskan tembakan gas air mata.
Tak hanya menyasar ke massa di lapangan, gas air mata juga ditembakkan ke arah tribune. Inilah yang membuat massa panik dan berdesakkan hingga merenggut ratusan nyawa.
Aksi fans Arema turun ke lapangan memang tak bisa dibenarkan apapun motifnya. Namun, reaksi berlebihan dari aparat pun jadi sorotan tajam. Terlebih polemik penggunaan gas air mata merupakan barang haram di stadion.
Semua telah terjadi. Kini tinggal menagih keadilan atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam.


Keluarga korban menanti keadilan yang seadil-adilnya dapat ditegakkan. Hukum harus ditempatkan dan diletakkan di atas segala-galanya. Tidak boleh ada yang mengintervensi. Yang bersalah harus dihukum. Sebaliknya tidak boleh pula menghukum orang yang tidak bersalah.
Semoga keadilan yang seadil-adilnya dapat ditegakkan. Sehingga seluruh keluarga korban dapat lega dan dengan lapang dada dapat pula menerima semua yang telah menjadi ketetapan Allah SWT atas diri mereka. Bagi mereka yang telah pergi untuk selama-lamanya dapat hidup tenang di alam sana.
Mudah-mudahan tragedi yang terjadi seperti di Stadion Kanjuruhan tak akan pernah lagi terjadi di Indonesia maupun dalam dunia sepak bola. Inilah yang terakhir. Tidak ada lagi korban jiwa, apalagi sampai harus kehilangan nyawa.
Insya Allah semua korban yang meninggal mendapat tempat di sisi-Nya dengan sebaik-baiknya. Amin Ya Rabbbal Alamin. (Red)