MINYAK GORENG.

Dulu.

Itu dulu.

Minyak goreng langka. Sampai-sampai susah mencarinya. Kalaupun ada hanya dijatah 1 bungkus per orang oleh toko penjual minyak gorengnya. Itupun harus antre untuk mendapatkannya. Kalau tidak sabar maka minyak goreng pun lenyap dari genggaman.

Kisah si minyak goreng mengingatkan kita di masa sulit. Di masa dulu. Di zaman dulu.

Tapi itu dulu. Dulu sekali. Saat Indonesia baru merdeka. Saat kondisi ekonomi masih sulit. Saat kehidupan bangsa masih terseok-seok.

Sekarang.

Ini sekarang.

Minyak goreng melimpah.

Di mana-mana ada di setiap toko.

Tapi harganya kok malah mahal. Akhirnya sulit juga untuk mendapatkan si minyak goreng. Tidak semua masyarakat dapat menjangkaunya. Terutama mereka yang penghasilan per harinya sangat kecil.

Apakah hukum permintaan dan penawaran masih berlaku buat si minyak goreng?

Hukum Permintaan: yaitu “jika harga suatu barang atau jasa naik, jumlah barang atau jasa yang diminta akan turun. Sebaliknya jika harga suatu barang atau jasa turun, jumlah yang diminta akan naik” .

Hukum Penawaran: yaitu” jika harga suatu barang atau jasa naik, jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan ikut naik. Sebaliknya jika harga suatu barang atau jasa turun, jumlah barang yang ditawarkan akan ikut turun”.

Mari kita membrikan penilaian masing-masing, apakah hukum permintaan dan penawaran masih berlaku bagi si minyak goreng.

Minyak gorek tak hanya menjadi perbincangan rakyat kecil. Telah menjadi bahan dan konsumsi diskusi setiap elemen masyarakat.

Minyak goreng pun telah merasuk ke semua lini kehidupan masyarakat.

Ada yang bilang, agar ibu-ibu kalau memasak tidak usah pakai minyak goreng. Harus ada alternatif lain dalam memasak. Sehingga tidak hanya tergantung pada si minyak goreng.

Sehingga untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng, maka yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mencari alternatif lain dalam memasak tanpa mengandalkan minyak goreng.

Minyak goreng pun kini telah menjadi konsumsi para politisi. Tidak hanya emak-emak yang mengandalkan minyak goreng untuk keperluan memasak sehari-hari. Semua tertuju pada si minyak goreng.

Akhirnya, kini seperti timbul dan tenggelam.

Minyak goreng akan tetap menjadi ingatan dan kenangan.

Kisah si minyak goreng akan terus dikenang sepanjang zaman.

Mudah-mudahan kelak di kemudian hari akan lebih baik dalam mengurus minyak goreng agar tak jadi kisah yang memilukan seperti sekarang. (Red/ilustrasi: bbc.com)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *